2/25/2017

Menghapus Kenangan: Review Novel Hujan


Judul buku:
Hujan
Pengarang:
Tere Liye

Penerbit:

Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit:

2016
Tebal:
320 halaman


Novel baru karya Tere Liye ini mengajak kita untuk berimajinasi tentang keadaan bumi pada tahun 2050 di mana pada saat itu ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak berkembang. Kisah bermula dari seorang wanita dua puluh satu tahun bernama Lail. Wanita itu mendatangi klinik syaraf otak untuk menghilangkan kenangan yang membuatnya sedih dan depresi. Kemudian dia diminta untuk menceritakan kenangan-kenangan mana yang ingin ia hapus, dan mulailah Lail bercerita.

Suatu hari Lail menaiki kereta bawah tanah bersama dengan Ibunya. Namun tiba-tiba bencana alam maha dahsyat terjadi. Gunung meletus yang sama hebat seperti letusan gunung krakatau, bersama dengan gempa bumi dan tsunami menggempar setiap belahan dunia. Dari seluruh penumpang kereta bawah tanah itu, hanya dua orang yang dapat selamat yaitu Lail, dan seorang laki-laki yang menolong Lail, Esok. Kemudian mereka berdualah yang menjadi inti dari cerita ini.
Tere Liye, seperti biasa, mampu menggambarkan suasana dan latar dengan sangat detail seolah kejadian tersebut benar-benar terjadi di dunia nyata. Pembaca diajak untuk bermain-main dan mengimajinasikan teknologi yang berkembang pesat di masa depan. Tere Liye juga bermain-main dengan hujan, karena yang menjadi latar tidak hanya hujan biasa, namun juga hujan asam, hujan salju, dan sebagainya. Pembaca tidak akan bosan membaca novel ini karena keliaran imajinasi dan konflik yang tidak monoton.
Ditambah lagi dengan blurb (sinopsis di belakang buku) yang hanya tertulis demikian: “Tentang persahabatan. Tentang cinta. Tentang melupakan. Tentang perpisahan. Tentang hujan.” Dengan singkatnya sinopsis ini akan membuat penasaran pembaca dan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan persahabatan dan cinta, mengapa harus melupakan, mengapa harus berpisah, dan apa hubungannya dengan hujan.

“Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.”
Lalu, apakah pada akhirnya Lail berhasil melupakan kenangan-kenangan yang ingin ia hapus?

0 komentar:

Post a Comment