Judul buku:
Hujan
Pengarang:
Tere Liye
Penerbit:
Gramedia Pustaka
Utama
Tahun terbit:
2016
Tebal:
320 halaman
Novel baru karya Tere Liye ini mengajak kita untuk
berimajinasi tentang keadaan bumi pada tahun 2050 di mana pada saat itu ilmu
pengetahuan dan teknologi telah banyak berkembang. Kisah bermula dari seorang
wanita dua puluh satu tahun bernama Lail. Wanita itu mendatangi klinik syaraf
otak untuk menghilangkan kenangan yang membuatnya sedih dan depresi. Kemudian
dia diminta untuk menceritakan kenangan-kenangan mana yang ingin ia hapus, dan
mulailah Lail bercerita.
Suatu hari Lail menaiki kereta bawah tanah bersama dengan Ibunya. Namun tiba-tiba bencana alam maha dahsyat terjadi. Gunung meletus yang sama hebat seperti letusan gunung krakatau, bersama dengan gempa bumi dan tsunami menggempar setiap belahan dunia. Dari seluruh penumpang kereta bawah tanah itu, hanya dua orang yang dapat selamat yaitu Lail, dan seorang laki-laki yang menolong Lail, Esok. Kemudian mereka berdualah yang menjadi inti dari cerita ini.
Tere Liye, seperti biasa, mampu menggambarkan suasana dan
latar dengan sangat detail seolah kejadian tersebut benar-benar terjadi di
dunia nyata. Pembaca diajak untuk bermain-main dan mengimajinasikan teknologi
yang berkembang pesat di masa depan. Tere Liye juga bermain-main dengan hujan,
karena yang menjadi latar tidak hanya hujan biasa, namun juga hujan asam, hujan
salju, dan sebagainya. Pembaca tidak akan bosan membaca novel ini karena
keliaran imajinasi dan konflik yang tidak monoton.
Ditambah lagi dengan blurb (sinopsis di belakang buku) yang hanya
tertulis demikian: “Tentang persahabatan.
Tentang cinta. Tentang melupakan. Tentang perpisahan. Tentang hujan.” Dengan
singkatnya sinopsis ini akan membuat penasaran pembaca dan bertanya-tanya apa
yang terjadi dengan persahabatan dan cinta, mengapa harus melupakan, mengapa
harus berpisah, dan apa hubungannya dengan hujan.
“Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.”
Lalu, apakah pada akhirnya Lail berhasil melupakan
kenangan-kenangan yang ingin ia hapus?
0 komentar:
Post a Comment